Thursday, June 16, 2011

renung dan menung

Sayup merenung ke bawah. Luas ujana mata. Simpang-siurnya kadangkala buat kita takut. Dari tempat yang tinggi ini langit dan awan terasa akrab. Pawana juga kadang-kadang menyapa lembut. Itulah yang selalu dirasai beburung waktu berterbangan di angkasa. Namun engkau tidak merasa hampirnya awan dan langit itu. Tiada dingin angin bertiup melainkan rasa sejuk penghawa dingin yang kadangkala menikam reseptor-reseptor di celah-celah kulit. Engkau cuma penonton ragam manusia dari tempat yang tinggi. Mobil-mobil yang berselerak. Membawa bersamanya debu dan karbon monoksida yang menyesakkan peparu. Engkau cuma ibarat mesin. Tanpa henti memikir untuk menyelesaikan masalah manusia yang tidak pernah selesai. Ada saja. 
Koma
Esoknya engkau sekali lagi merenung ke bawah. Rutin itu akan engkau ulang buat beberapa ratus hari lagi. Dan setiap kali engkau merenung, setiap kali itu juga engkau termenung. Ah! belakang sana masih orang sedang menunggu giliran ketemu engkau. Dan rutin itulah yang akan engkau ulang buat beberapa ratus hari lagi.
Noktah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...